DOWLOAD PPT EKONOMI MANAJERIAL :
Bab1
Bab2 Optimisasi ekonomi 1, 2
Bab3 Penawaran dan permintaan 1, 2
Bab4 Analisis permintaan 1, 2
Bab5 Estimasi Permintaan 1, 2
Bab6 Peramalan
Bab7 produksi
ILMU EKONOMI
Friday, April 27, 2012
Thursday, April 26, 2012
BAB 1 - Permasalahan Ekonomi
BAB 1
A. Pengertian Kebutuhan
B. Penggolongan kebutuhan
1. Menurut intensitas
A. Pengertian Kebutuhan
- kebutuhan : adalah sesuatu yang kita butuhkan dan harus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidup. contoh : makan, pakaian dan tempat tinggal.
- Keinginan : adalah sesuatu yang ingin kita miliki, namun jika kita tidak mendapatkannya maka tidak akan mengganggu kelangsungan hidup. contoh: keinginan terhadap barang mewah, ingin berlibur, ingin punya baju bagus, dll.
B. Penggolongan kebutuhan
1. Menurut intensitas
- kebutuhan primer adalah kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi karena merupakan kebutuhan pokok dan untuk mempertahankan kelangsungan hidup. contoh : keinginan terhadap barang mewah, ingin berlibur, ingin punya baju bagus, dll
- kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang timbul setelah kebutuhan primer terpenuhi dan sebagai penunjang untuk memelihara kelangsungan hidup. contoh : rumah mewah, mobil, kapal pesiar, dll
2. Menurut waktu
- Kebutuhan Sekarang
- kebutuhan Mendadak/tidak terduga
- Kebutuhan yang akan datang
3. Menurut Sifat
- Kebutuhan Jasmani
- Kebutuhan Rohani
4. Menurut Subjek
- Kebutuhan Individu
- Kebutuhan Kolektif
C. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan
1. Kondisi Alam
2. Peradaban
3. Adat Istiadat
4. Agama dan kepercayaan
5. Pendidikan
6. pekerjaan
7. Penghasilan
8. Usia
Wednesday, April 18, 2012
KUALITAS PELAYANAN
Kualitas Pelayanan
Melalui
serangkaian penelitian terhadap berbagai macam industry jasa, Parasuraman,
Zeithaml, dan Berry (1985) berhasil mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok
kualitas jasa: 1. Reliabilitas (performance) 2. Responssivitas 3. Kompetensi 4.
Akses 5. Kesopanan (courtesy) 6. Komunikasi 7. Kredibilitas 8. Keamanan
(security) 9. Kemampuan memahami pelanggan 10. Bukti fisik (tangibles). Namaun
dalam riset selanjutnya, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988) menemukan
adanya overlapping diantara beberapa dimensi diatas. Oleh sebab itu, mereka
menyederhanakan sepuluh dimensi tersebut menjasi lima simensi pokok.
Kompetensi, kesopanan, kredibilitas, dan keamanan disatukan menjadi assurance (jaminan). Sedangkan akses,
komunikasi, dan kemampuan memahami pelanggan diintegrasikan menjadi empathy (empati). Dengan demikian,
terdapat lima dimensi utama yang disusun sesuai urutan tingkat kepentingan
relatifnya sebagai berikut:
a. Reliability (reliabilitas), berkaitan
dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama
kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan
waktu yang disepakati.
b. Responsiveness
(daya tanggap), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk
membantu para pelanggan dan merespons permintaan mereka, serta menginformasikan
kapan jasa akan diberikan dan kemdian memberikan jasa secara cepat.
c. Assurance (jaminan), yakni perilaku para
karyawan mampu menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan
perusahaan bias menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga
berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah
pelanggan.
d. Empathy (empati), berarti perusahaan
memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan,
serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam
operasi yang nyaman.
e. Tangibles (bukti fisik), berkenaan
dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan
perusahaan, serta penampilan karyawan.
Sunday, January 1, 2012
CO-BRANDING
A.
Pendahuluan
Suksesnya suatu bisnis atau produk konsumen
tergantung pada kemampuan target pasar dalam membedakan satu produk dengan
produk lainnya. Merek adalah alat utama yang digunakan oleh pemasar untuk
membedakan produk mereka dari produk pesaing. Asosiasi Pemasar Amerika
mendefinisikan merek (brand) sebagai “nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan,
atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang
atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari
barang atau jasa pesaing” (Kotler&Keller:2009).
Paper
ini akan membahas masalah Co-branding, Dalam strategi co-branding,
dua merek melakukan aliansi, misalnya, dengan melansir produk baru dengan
menggabungkan dua merek (seperti Sonny-Erricson, Philips-Alessi). Dalam kasus
ini ada merek utama (header) dan merek
penguat (modifier). Kategori produk dari produk co-brandinglah yang
menentukan merek mana yang berfungsi sebagai header brand. Karena produk
Philips-Alessi termasuk kategori peralatan (elektrik) rumah tangga, maka
kaitannya lebih ke produk yang dihasilkan Philips (Alessi sendiri memproduksi
asesoris dan peralatan nonelektrik). Jadi, Philips bisa dianggap sebagai header
brand.
B.
Merek bersama (Co-branding)
Penetapan merek bersama (Co-branding) adalah salah
satu strategi yang berguna ketika kombinasi dari nama merek meningkatkan gengsi
dan persepsi nilai produk itu sendiri atau ketika memberikan manfaat bagi
pemilik merek dan pemakai. Penetapan merek bersama juga dapat digunakan ketika
dua atau lebih organisasi berkenan bekerjasama untuk menawarkan sebuah produk
seperti Sereal Nabisco & Kraft Foods’ Post bekerjasama menawarkan Sereal
Oreo O’s (Lamb,Hair&McDaniel:2001). Atau ketika dua nama merek terkenal
dari dua perusahaan berbeda digunakan untuk produk yang sama contohnya
Bravo!foods dan MasterFoods dalam memasarkan produk susu Slammers
(Kotler&Amstrong:2008).
A branding strategy
where a marketer with its own brand seeks to partner with an established brand
owned by another organization in hopes the synergy of the two brands is even
more powerful than a single brand alone. (Wiyanto Suroso 2009).
Penetapan merek bersama (cobranding) memerlukan dua
atau lebih nama merek pada sebuah produk atau kemasannya. Ada tiga jenis
penetapan merek bersama (Co-branding) antara lain :
1.
Penetapan merek
bahan (ingredient branding), mengidentifikasi sebagian merek yang membuat
produk. Contohnya dari merek bahan antara lain adalah Intel ( sebuah
MicroProcessor) yang ada dalam computer pribadi, seperti Compaq
(Lamb,Hair&McDaniel:2001).
2.
Penetapan merek
kerjasama (coorperative branding) dimana dua merek menerim perlakuan yang sama
dalam meminjam ekuitas merek satu sama lainnya, seperti Citibank dan Amerika
Airlines (Lamb,Hair&McDaniel:2001).
3.
Penetapan merek
saling melengkapi (complementary branding). Dimana produk diiklankan atau
dipasarkan bersama untuk menganjurkan penggunaan, seperti merek minuman keras
(Seagram’s) dan alat campuran yang cocok (Lamb,Hair&McDaniel:2001).
Co-branding adalah aliansi antara dua merek yang sengaja dibuat jelas di
mata konsumen. Fokus co-branding adalah sinergi yang saling menguntungkan, baik
kognitif, emosional maupun perilaku (Uyung
Sulaksana:2001). Co-branding mengacu pada proses
bersama dalam pembangunan merek Co-branding mengambil tiga bentuk yang
berlainan:
1. Pada tataran produk: suatu produk baru lahir bersumberkan dari dua
produk (seperti Häagen-Dazs dengan Baileys, Sonny-Ericson, dan Philips-Alessi).
Karena fokus co-branding lebih pada mutual advantages, merchandise tidak
kita anggap sebagai satu bentuk co-branding. Ingat tujuan produk merchandise
hanyalah memberi stimulasi pada penjualan produk lainnya! produk co-brand itu
sendiri juga harus mampu meraup manfaat dari strategi ini. Kasus Philips-Alessi
bisa menggambarkan hal ini. Ada 5 peralatan dapur yang dilansir dengan nama
Philips-Alessi: mesin kopi, alat pemanggang, ketel listrik, pemeras jeruk dan
blender. Untuk produk-produk ini merek Philips berfungsi sebagai jaminan mutu
produk yang tinggi (sifatnya teknis), sementara Alessi mampu menambah nilai yang
mengacu segala sesuatu yang terkait dengan desain Italia. (Uyung
Sulaksana:2001).
Berdasarkan
kriteria tersebut, co-branding pada tataran produk didefinisikan sebagai
berikut:
Co-branding adalah peluncuran produk baru
dengan 2 nama merek: (1) milik dua perusahaan atau unit usaha yang berbeda, (2)
yang dipakai secara independen di antara keduanya dan (3) yang saling
menguntungkan dan memberi kontribusi bagi nilai tambah produk gabungan. (Uyung
Sulaksana:2001).
Co-branding merupakan suatu bentuk kerja sama antara
dua brand atau lebih untuk bersama-sama menggunakan kekuatan dari setiap brand
dalam upaya meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan dari setiap brand secara
simultan. Contoh co-branding adalah kerja sama antara brand Happy Meal dari
McDonald dengan brand Disney. Happy meal merupakan lini produk McDonald yang
ditargetkan untuk anak-anak dan Disney merupakan produsen film, karakter dan
media hiburan lain yang memiliki target utama yang sama. McDonald berhak
menggunakan karakter mainan dari film Disney untuk meningkatkan daya tarik dari
produk mereka dan Disney memperoleh keuntungan berupa promosi film mereka yang
baru. (Reza
Ashari Nasution:2008).
2. Pada tataran distribusi: satu produk (secara temporer) dijual
berkombinasi dengan produk lainnya atau masing-masing perusahaan saling
mendistribusikan produk partnernya di pasar di mana mereka telah teruji
menguasai jaringan distribusi. Ada dua bentuk co-branding pada tataran
distribusi: (1) produk dijual secara gabungan dengan produk lain, dan (2) kedua
perusahaan saling mendistribusikan produk partnernya di pasar di mana mereka
telah memiliki jaringan distribusi yang kuat. Yang pertama biasanya dilakukan
untuk dua produk berbeda (namun, umumnya terbatas pada ‘in-atau on-pack
premium’). Bentuk co-branding ini bisa menjadi pilihan dalam rangka
pengembangan merek rute anggaran rendah. (Lantaran dengan cara ini, produk baru
bisa ‘menumpang’ penjualan produk yang sudah mapan). Distribusi produk dan perusahaan
lain umumnya hanya terjadi bagi produk-produk yang tidak saling bersaing. (Uyung
Sulaksana:2001).
3. Pada tataran komunikasi: satu produk dipuji dan direkomendasikan dalam
komunikasi pemasaran merek lain. Co-branding pada tataran komunikasi disarankan
hanya bila nilai tambah dua merek tersebut berbeda. Bentuk co-branding ini
cukup bermanfaat bila merek yang akan dikembangkan tak cukup mampu
membangkitkan persepsi kualitas. Jenis co-branding ini akan menguntungkan bagi
merek yang membutuhkan quality perception boost. (Uyung
Sulaksana:2001).
C.
Keuntungan Cobranding
Co-branding menawarkan banyak keuntungan. Karena
masing-masing merek mendominasi kategori yang berbeda, merek yang digabungkan
menciptakan tampilan konsumen yang lebih luas dan ekuitas merek yang lebih
besar. Co-branding juga memungkinkan perusahaan memperluas merek yang sudah ada
kedalam suatu kategori yang mungkin sulit jika dimasuki sendirian. Sebagai
contoh, perhatikan usaha co-branding SunTrust Banks dan Wal-Mart, dimana SunTrust
mendirikan cabang dalam toko co-branding sebagai “Wal-Mart Money Center by
SunTurst.” (Kotler&Amstrong:2008).
D.
Keterbatasan Co-branding
Co-branding juga mempunyai keterbatasan. Hubungan
semacam ini biasanya melibatkan kontak hukum yang kompleks dan perizinan. Mitra
co-branding harus mengkoordinasikan iklan, promosi penjualan, dan usaha
pemasaran lainnya dengan cermat. Terakhir, ketika melakukan co-branding,
masing-masing mitra harus percaya bahwa mitranya akan memperlakukan merek itu
dengan baik (Kotler&Amstrong:2008).
DAFTAR PUSTAKA
Sulaksana, Uyung. 2001. Integrated
Marketing Communications. Pustaka Pelajar. http://uyungs.wordpress.com diakses tgl 22
12 2011
Kotler, Philip & Gary
Amstrong. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jil.1.ed.12. PT. Gelora Aksara
Pratama
Lamb, Hair & McDaniel. 2001.
Pemasaran. Jil.1. Jakarta : PT. Salemba Empat
Kotler, Philip & Kevin Keller.
Manajemen Pemasaran. Jil.1 ed.12. PT. Indeks.
diakses
tgl. 29 12 2011
Thursday, December 15, 2011
PROSES KOMUNIKASI DAN DASAR-DASAR PERILAKU KONSUMEN
A.
Komunikasi Pemasaran
Pengertian Komunikasi Pemasaran
Menurut
Fandi Tjiptono (2008:219) komunikasi Pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang
berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk dan atau mengingatkan
pasar sasaran atas perusahaan dan produknya bersedia meminta, membeli, dan
loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Menurut
Philip Kotler Terjemaahan Benyamin Molan (2004;604) Komunikasi pemasaran adalah
konsep menjadi dasar bagi perusahaan memadukan dan mengkoordinasikan semua
saluran komunikasinya untuk menyampaikan pesan yang jelas, konsisten, dan
berpengaruh kuat tentang organisasinya dan produk-produknya.
Tujuan Komunikasi
1. Membangkitkan keinginan akan suatu kategori
produk.
Setiap organisasi
pemasaran bertujuan untuk meraih konsumen agar memilih produknya dan bukan
produk pesaingnya. Konsumen harus mempunyai keinginan terhadap suatu kategori
produk terlebih dahulu. Hal inilah yang dimaksud para pemasar dengan
membangkitkan keinginan akan suatu produk, yang juga disebut sebagai usaha
menciptakan permintaan primer ( primary demand ). Setiap pengenalan
suatu produk baru membawa konsekuensi akan tanggung jawab dari sang inovator
untuk membangkitkan keinginan konsumen secara agresif. Para pemasar dalam
kategori yang telah mapan perlu melakukan berbagai usaha untuk mempertahankan
atau membangun kategori produk mereka.
2. Menciptakan kesadaran akan merek (brand
awareness).
Kesadaran ( awareness ) adalah upaya untuk membuat
konsumen familiar melalui iklan, promosi penjualan, dan Komunikasi Pemasaran lainnya akan suatu merek, memberikan informasi kepada orang banyak
tentang ciri dan manfaatnya, serta menunjukkan perbedaannya dengan merek
pesaing, dan menginformasikan bahwa merek yang ditawarkan lebih baik ditinjau
dari sisi fungsional atau simbolisnya.
3. Mendorong sikap positif terhadap produk dan mempengaruhi niat
(intentions)
Jika komunikator sukses menciptakan kesadaran konsumen akan mereknya,
konsumen dapat membentuk sikap ( attitudes ) positif terhadap merek
tersebut, dan mungkin akan muncul niat ( intention ) untuk membeli merek
tersebut, ketika timbul keinginan untuk membeli suatu produk di masa yang akan
datang.
4. Memfasilitasi pembelian
Iklan dapat menciptakan kesadaran konsumen akan merek dan membangun
sikap positif, namun jika sebuah merek baru tidak tersedia di tempat - tempat
pembelian atau jika konsumen menganggapnya terlalu mahal dibandingkan merek
pesaing, maka kemungkinan merek tersebut untuk dibeli akan berkurang. Jika
usaha komunikasi pemasaran sebuah perusahaan benar - benar efektif, konsumen
akan memahami mengapa harga merek tersebut lebih tinggi dan mungkin akan
dianggap lebih menarik dengan harga premiumnya tersebut. Iklan yang efektif, display
yang menarik di dalam toko, serta variabel Komunikasi Pemasaran lainnya
berfungsi untuk memfasilitasi pembelian dan memberikan solusi atas persoalan
yang ditimbulkan oleh variabel bauran pemasaran nonpromosi ( produk, harga dan
distribusi ).
Proses Komunikasi
Menurut Rubent dan Steward
yang di kutip Adi Prakosa (2008:1) Komunikasi adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,
kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk
beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain. Dari pengertian tersebut inti
dari komuniksi adalah menciptakan pesan yang di sampaikan komunikator dan di
terima dengan baik oleh komunikan.
Agar suatu pesan dapat efektif, proses pengkodean dari pengirim harus
berhubungan dengan proses penguraian kode oleh penerima. Artinya, pesan yang
terbaik adalah pesan yang disampaikan dengan tanda-tanda yang dikenali oleh
penerimanya. Apabila pengirim memiliki pengalaman dengan penerima pesan, maka
komunikasi yang dilakukan akan lebih efektif. Tugas pengirim adalah
mengupayakan pesannya sampai kepada penerima
Menurut Kotler dan
Amstrong Terjemaahan Benyamin Molan, (2004:608) Ada 9 unsur yang terlibat dalam
aktivitas komunikasi. Dua elemen mewakili pihak utama dalam komunikasi, yaitu
pengirim dan penerima. Dua elemen mewakili alat komunikasi utama, yaitu pesan
dan media. Empat elemen mewakili fungsi komunikasi, yaitu pengkodean, penguraian
kode, tanggapan, dan umpan balik. Elemen terakhir dalam sistem ini adalah
gangguan (seperti pesan sembarang dan bersaing yang mungkin mencampuri
komunikasi yang sedang berlangsung).”
Adapun proses komunikasi menurut Kotler dan Amstrong (2004:609) adalah sebagai berikut:
|
Thursday, November 24, 2011
Sasaran Komunikasi Pemasaran Demografis, Psikografis, dan Geodemografis
Sasaran Komunikasi Pemasaran
Demografis,
Psikografis, dan Geodemografis
A.
Tinjauan
Pentingnya melakukan penentuan
sasaran kepada kelompok konsumen
Tujuan
bab ini adalah untuk memperluas pembahasan mengenai penentuan sasaran
(targeting). Bahwa usaha targeting dan micromarketing memungkinkan komunikator
pemasaran menyampaikan pesan mereka secara lebih tepat dan mencegah terjadinya
kesiasiaan dalam penyampaian pesan kepada orang-orang diluar target pasar
mereka. Dalam bab ini kita akan memfokuskan pembahasan pada tiga set
karakteristik konsumen yang secara independen atau bersama-sama mempengaruhi
konsumsi seseorang dan bagaimana mereka merespon komunikasi pemasaran, yaitu :
demografi, psikografi, dan geodemografi.
Variable
demografis terdiri atas karakteristik seperti usia, pendidikan, dan etnis.
Dengan memonitor perubahan demografis, para pemasar dapat secara lebih baik :
1. Mengidentifikasi
dan memilih segmen pasar.
2. Meramalkan
penjualan produk
3. Memilih
media untuk meraih target pelanggannya.
Aspek
gaya hidup konsumen seperti aktivitas, ketertarikan, dan opini mereka merepresentasikan
karakteristik psikografis mereka. Pola pembelian seringkali lebih dipengaruhi
oleh gaya hidup kita dibandingkan latar belakang demografis kita. Geodemografi
merupakan sebuah kombinasi dari karakteristik demografis dan gaya hidup
konsumen dalam cluster geografis seperti
kode pos area dan lingkungan rumah.
Namun
penekanan utama dalam bab ini adalah kepada karakteristik demografis karena
sejauh ini ruang lingkupnya bergerak secara dinamis. Tiga topik utama mengenai
demografi yang akan dibahas :
1. Struktur
usia populasi Amerika serikat
2. Perubahan
yang terjadi dalam rumah tangga
3. Perkembangan
etnis populasi
B. Pertumbuhan populasi dan penyebaran
geografis
Populasi
manusia didunia berjumlah sekitar 6 miliar jiwa ditahun 2000. Populasi dunia
diperkirakan tumbuh menjadi sekitar 8 miliar jiwa pada tahun 2025. Populasi
amerika serikat akan berjumlah sekitar 275 juta ditahun 2000 dan mencapai
sekitar 335 juta jiwa ditahun 2025. Mungkin aspek yang paling menarik dari
populasi amerika ini adalah perubahan yang terjadi pada distribusi geografis
mereka.
1. Perubahan struktur usia
Salah
satu ciri yang menonjol dari populasi amerika adalah usia yang terus bertambah.
Rata – rata usia dari orang amerika adalah 28 tahun ditahun 1970, 30 ditahun
1980, dan 33 ditahun 1990, terus meningkat hingga hampir 36 tahun pada tahun
2000, dan diperkirakan bertambah lagi menjadi 38 tahun pada tahun 2025. Bagian
selanjutnya akan membahas kelompok usia utama dalam populasi Amerika dan
implikasinya pada usaha komunikasi pemasaran.
a.
Generasi
Baby-Boomers
Perubahan struktur usia diamerika serikat sebagian besar diakibatkan oleh baby boomer, 75
juta orang Amerika yang lahir pada tahun 1946 hingga 1964. Periode populasi
muncul setelah perang dunia II (pada tahun 1945) dan berlangsung selama hamper
dua dekade. Dengan menggunakan tahun 2000 sebagai titik referensi, baby boomer
yang tertua akan berusia 54 tahun pada saat datangnya awal millennium baru,
sedangkan yang termuda dalam kategori ini akan berusia 36 tahun. Efek dari
adanya baby boomer ini dimanifestasikan kedalam perkembangan – perkembangan
besar dalam populasi :
1. Baby
boomers yang asli melahirkan baby boomer kecil ketika mereka telah cukup umur.
2. Disebabkan
oleh tingkat kelahiran yang rendah pada pertengahan tahun 1960-an hingga
1970-an (sebelum periode dimana sebagian besar baby boomers mempunyai anak).
3. Jumlah
orang berusia setengah baya (sekitar 35-54 tahun) telah meningkat secara
dramatis. Kematangan para baby booomers ini kemungkinan merupakan perkembangan
demografi yang paling signifikan yang dihadapi para pemasar selama dekade
1990-an.
Perkembangan
yang terjadi sebelumnya memberikan suatu janji kepada banyak pemasar namun
menimbulkan banyak masalah bagi orang lain. Para pemasar yang menjadikan remaja
dan dewasa muda sebagai target pasar mereka selama 1970-an sampai 1980-an,
menderita ditahun 1990-an karena ukuran pasar ini menjadi lebih sempit. Contoh
industry blue jeans,
b.
Konsumen
berusia setengah baya dan mapan (Mature)
Dengan bertambahnya usia populasi Amerika serikat,
dekade 1990-an merupakan dekade pemasaran yang ditujukan bagi baby boomers
berusia setengah baya dan konsumen yang mapan walaupun tidak terlalu tepat
demikian, kita dapat menentukan bahwa usia paruh baya berada pada rentang usia
35 hingga 54 tahun, titik dimana kemapanan telah dicapai.
Berbagai implikasi timbul dari usaha komunikasi
pemasaran yang ditujukan kepada pasar kelompokberusia mapan. Dalam iklan yang
ditujukan pada kelompok ini, disarankan untuk menggambarkan mereka sebagai
orang-orang yang aktif, vital, sibuk, berpandangan kedepan, dan ingin berpenampilan
menarik dan romantis.
c.
Anak
- Anaka Dan Remaja
Di
ujung lain dari spektrum usia terdapat anak – anak dan remaja. Kelompok orang –
orang Amerika muda berusia antara 19 tahun ke bawah ini telah menurun secara
dinamis persentasenya, yaiti 40 persen dari totaal populasi pada tahun 1956 di
proyeksikan menjadi sekitar 29 persen dari total populasi di tahun 2000. Dengan
demikin mereka tetap merupakan kelompok yang penting, terdiri dari 80 juta
anggota di tahun 2000.
Para pemasar pada umumnya menganggap anak – anak
berusia 4 hingga 12 tahun sebagai “kids” untuk
membeadakan kelompok ini dari toddlers dan
remaja. Diperkirakan bahwa anak – anak dari pengelompokan yang luas ini
melakukan atau mempengaruhi pembelian senilai miliaran dolar setiap tahun. Anak
- anak usia prasekolah mempersentasikan kelompok penting yang telah
tumbuh cepat pada tahun belakangan ini. Angka kelahiran bayi di Amerika Serikat
tahun 1990 lebih banyak (4,5 juta) dibandingkan dengan tahun 1957 pada puncak baby boom (4,3 juta). Produk dan jasa
yang menarik bagi keluarga dan rumah tangga telah meningkat untuk dipasarkan
pada para bayi. Dan menarik minat para orang tua juga anak - anak prasekolah, begitupula produk fashion yang diilustrasikan iklan untuk
Baby Gap.
Anak – anak usia
sekolah dasar (6 – 11 tahun) secara langsung mempengaruhi pembelian produk
dan secara tidak langsung mempengaruhi apa yang orang tua mereka beli, seperti
produk baju, mainan, dan bahkan pilihan merek dari produk seperti pasta gigi.
Bentuk iklan dari komunikasi pemasaran yang ditujukan pada anak kecil atau
keluarga mereka telah meningkat di tahun belakangan ini. Komunikator pemasaran
telah mendatangi ruang – ruang kelas di semua tingkat dengan pesan promosi yang
kadangkala n”dikemas” sebagai alat belajar yang sering mengundang khawatir para
orang tua dan pengajar, yang mempertanyakan etika dari praktik – pratik semacam
ini.
Para remaja (13
– 19 tahun) yang jumlahnya di Amerika Serikat sekitar 27 juta orang, memiliki earning
power yang sangat berpengaruh beasar terhadap pembelian personal atau rumah
tangga. Kelompok ini, yang disebut konsultan pemasaran sebagai Generasi Y
(berbeda dari generasi sebelumnya yang dinamakan dengan generasi X), adalah kelompok usia yang mempunyai pengaruh penting
terhadap pembelian. Para remaja mempunyai pengaruh dan kekuatan dalam pembelian
yang turut adil dalam perkembangan program komunikasi pemasaran yang ditujukan
pada kelompok ini.
Remaja dikenal sebagai konsumen yanag sangat dapat
menyesuaikan diri, sangat memuja penampilan fisik (narcissistic) dan tidak loyal. Karakteristik ini memberi paluang
dan tantangan yang sangat besar bagi para komunikator pemasaran. Sebuah produk
yang dapat diterima dapat sukses dengan gemilang, ketika para remaja memilih
suatu merek sebagai ciri/tanda diri yang membedakan mereka dari yang lain.
d.
Generasi
X
Tidak
ada kelompok yang mendapat perhatian banyak diwaktu lalu kecuali Generasi X,
dimana kelompok ini yang sebagian besar anggotanya adalah mahasiswa. Kelompok
ini diklasifikasikan berada pada usia 20-an, yang sering disebut dengan baby usters dan twentysomethings. Pelebelan itu tidak hanya berhenti begitu saja,
mereka dihadapkan pada ungkapan klise yang lebih banyak dibandingkan kelompok
usia lain dalam sejarah. Sebagian besar perbedaan itu adalah berbagai ejekan,
seperti: pemalas, sinis, pengeluh, anak grunge,
tidak mempunyai harapan. Salah satu penelitian mengklasifikasikan para Gen X
kepada 4 klompok berdasarkanprofil sikap mreka yaitu: yup &Comers, bystanders, play boys, dan drifters. Para
komunikator pemasaran yang tujukan pada usia 20 tahun keatas harus menggunakan
daya tarik yang ditargetkan kepada subkelompok yang spesifik seperti yup & Comers yang dibandingkan dengan stereotip yang tidak
cukup hanya mengenakan pada suatu sub segmen saja.
Pada kelompok Gen X, walaupun mereka mendapat
berbagai pelabelan bukanlah suatu kelompok dengan demografi dan preferensi gaya
hidup yang sama, dan seharusnya tidak terlalu dianggap sebagai segmen pasar.
Akan tetapi Gen X ini dapat di jadikan sebagai target yang menarik bagi para
pemasar.
2. Perubahan Yang Terus Terjadi Dalam
Rumah Tangga
Sebuah
rumah tangga mempersentasikan kesatuan rumah yang independen, baik peoperti
yang disewa ataupun properti yang dimiliki sendiri. Rumah tangga Amerika
Serikat tradisional yang digambarkan secara stereotip dalam program televisi untuk para baby boomer, misalnya leave in to beaver dan happy day yang
selama ini hanya terdiri atas ayah, ibu, dengan kedua atau ketiga anaknya.
Rumah tangga Amerika Serikat telah diubah untuk selamanya oleh efek gabungan
dari pola perubahan perkawinan, meninggalnya jumlah wanita yang bekerja, dan
semakin tingginya tingkat perceraian.
Jumlah
rumah tangga terus bertambah namun ukurannya semakin kecil dan mengalami
perubahan karakter. Jumlah rumah tangga baru meningkat dua kali lipat dari
tingkat pertumbuhan populasi, namun dilain pihak ukuran rumah tangga menurun.
Perubahan kombinasi dari rumah tangga Amerika Serikat ini mepunyai berbagai
implikasi bagi para komunikator pemasaran, khususnya periklanan. Para pengiklan
akan wajib merefleksikan berbagai situasi kehidupan yang ada dalam rentang yang
luas. Banya pengiklanan membuat daya tarik khusus bagi keinginan pembeli dan
kebutuhan para lajang, yang merupakan daya tarik bagi produk makanan, misalnya
pemenuhan kebutuhan yang menyiapkan makan secara cepat dan mudah. Untuk meraih
itu diperlukan usaha seleksi media khusus karena mereka:
a. Cenderung
bukan penonton program televisi prime
time, melainkan lebih malam dari itu.
b. Sangat
suka menonton acara – acara dalam televisi kabel dibanding populasi yang lain.
c. Merupakan
pembaca majalah yang setia.
3. Perkembangan
Populasi Etnis
Amerika
telah lama menjadi melting pot, namun
beberapa dekade Amerika semakin menjalankan peran ini. Kelompok etnis terbesar
di amerika serikat adalah orang berkulit hitam (african- american) dan amerika
latin (hispanic-American), dimana keduanya mengalami pertumbuhan yang sangat
pesat. Memahami peran yang semakin berkembang dari kelompok etnis ini maka
selanjutnya akan dibahas implikasi komunikasi pemasaran terhadap orang-orang
kulit hitam, latin dan asia di Amerika.
1.
Penduduk
African- American
Walaupun banyak orang amerika berkulit
hitam yang mempunyai kebudayaan yang sama, dimana mereka berbagi nilai-nilai,
kepercayaan dan perilaku yang sama tetapi mereka tidak merepresentasikan sebuah
pasar seperti yang berlaku bagi orang-orang kulit putih. Beberapa faktor
menjelaskan mengapa orang-orang African-American merupakan konsumen yang
menarik perhatian banyak perusahaan:
a. Populasi
african- american tumbuh lebih cepat dibandingkan populasi lainnya.
b. Rata-rata
usia orang-orang kulit hitam umumnya lebih muda dari pada orang-orang kulit
putih
c. Orang-orang
african-american secara geografis terkonsentrasi kira-kira dua pertiga dari
orang-orang kulit hitam tinggal di dalam pasar yang merupakan Top 15 di amerika.
d. Orang-orang
african-american cenderung membeli produk-produk bermerek dan mempunyai
prestise dalam proporsi yang lebih banyak di bandingkan orang-orang kulit putih
African-
American menunjukan perilaku pembelian yang berbeda sesuai dengan gaya hidup,
nilai-nilai, dan faktor demografis mereka.
Karenanya perusahaan harus menggunakan media iklan, jalur distribusi,
tema iklan serta strategi harga yang berbeda mengingat mereka memasarkan produk
kepada berbagai subsegmen dari populasi african-amaerican.
2.
Penduduk
Hispanic – American
Komunikator umumnya belum memberikan
perhatian yang cukup kepada para hispanic – american. Frekuensi penampilan
orang hispanic – american dalam iklan televisi lebih rendah dibandingkan
proporsi mereka dalam populasi. Komunikator pemasaran harus menyadari bahwa
adanya beberapa faktor yang penting ketika berusaha meraih konsumen hispanic.
a. Hispanic-american
dalam persentase besar hanya berbahasa spanyol atau menguasai sedikit berbahasa
inggris. Karenanya banyak orang-orang hispanic yang hanya dapat diraih melalui
media berbahasa spanyol.
b. Persentase
terbesar dari orang-orang hispanic umumnya menggunakan media berbahasa spanyol
adalah penting untuk menyampaikan pesan kepada beberapa kelompok orang hispanic
menggunakan metode ini.
c. Kunci
utama dalam merancang iklan yang efektif untuk orang-orang hispanic adalah
dengan menggunakan bahasa yang dominan.
d. Pengiklan
perlu amat berhati-hati dalam berbahasa.
3.
Penduduk
Asian – American
Penting untuk ditekankan bahwa seperti
halnya tidak ada pasar tunggal untuk warga kulit hitam atau warga hispanic, hal
yang sama berlaku bagi warga asia. Tidak ada pasar untuk warga asia. Beberapa
perusahaan telah sukses dalam menargetkan pemasaran kepada kelompok asia
tertentu dengan menyesuaikan program pemasaran khusus kepada nilai-nilai dan
gaya hidup mereka dan tidak hanya terpaku kepada penerjemahan Anglo program.
Pemasar-pemasar utama mempunyai pilihan media yang jauh lebih besar dari pada
sebelumnya dalam upaya meraih warga Asia – american. Stasiun radio yang
mengudara dengan bahasa-bahasa asia sekarang telah muncul di berbagai tempat
dimana terdapat konsentrasi warga asia yang besar. Direct marketing malalui surat
merupakan media yang paling utama untuk micromarketing kepada kelompok tertentu
dari warga asian - american.
Dari penjelasan diatas sudah jelas bahwa
implikasi para pemasar dan komunikasi pemasaran perlu malakukan tugas yang
lebih baik dalam mengembangkan produk, program pemasaran, dan strategi
komunikasi pemasaran yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang unik dari
tiap-tiap kelompok etnis karena merupakan peran yang penting dalam mengarahkan
perilaku konsumen.
C.
Penetapan
Sasaran Berdasarkan Psikografis
Penelitian
tentang psikografi yang paling dikenal adalah model klasifikasi Values and
Lifestyles (VALS) yang dikembangkan oleh Stanford Research Institute (SRI).
Dalam model terbaru, yang dikenal dengan VALS 2, diidentifikasi delapan kategori
berdasarkan kombinasi faktor demografi dan gaya hidup seperti usia, pendapatan,
pendidikan, tingkat percaya diri, kesehatan, dan ketertarikan terhadap
masalah-masalah yang ditemui konsumen. Kedelapan kategori VALS 2 dapat
diringkas sebagai berikut:
Konsumen
principle-oriented yang bertindak berdasarkan pandangan mereka mengenai
bagaimana seharusnya dunia berjalan, adalah:
1.
Fulfillers
adalah para profesional yang matang, bertanggung jawab, dan berpendidikan
tinggi, yang well-informed mengenai berbagai perkembangan terkini.
Mereka memiliki tingkat pendapatan yang tinggi namun merupakan konsumen yang
praktis dan value-oriented. Aktivitas mereka di waktu senggang terpusat
di rumah. Fulfillers merupakan target pasar yang potensial bagi produk-produk
kesehatan, seperti produk makanan dengan kadar kolesterol, gula, garam, dan
lemak yang rendah.
2.
Believers
adalah konsumen konservatif dan mudah ditebak yang memilih merek-merek yang
sudah mapan.
Konsumen
status-oriented dipandu oleh tindakan dan opini orang lain:
3.
Achievers
adalah orang-orang yang sukses, berdedikasi pada pekerjaan, yang meraih
kepuasan terutama karena pekerjaan dan keluarga mereka. Achievers adalah
target pasar untuk perusahaan mobil mewah, pakaian kelas atas, dan toko-toko
khusus yang mahal.
4.
Strivers
mempunyai karakteristik yang serupa dengan achievers namun sumberdaya ekonomi,
sosial, dan psikologisnya lebih sedikit. Gaya adalah faktor penting bagi mereka
karena mereka terus berusaha meniru orang-orang yang mereka kagumi. Perusahaan
yang meniru produk-produk mahal seperti tas tangan para desainer, akan
menganggap strivers sebagai target pasar yang receptive.
Konsumen
action-oriented yang dipandu oleh keinginan mereka akan keragaman dan
risiko aktivitas sosial maupun fisik:
5.
Experiencers
mewakili yang termuda dari segmen ini merupakan para experiencers yang
suka berpetualang dan mengeluarkan biaya besar untuk pakaian, makanan cepat
saji, musik dan aktivitas kalangan muda lainnya.
6.
Makers
adalah konsumen yang praktis dan self-sufficient yang memfokuskan diri
pada keluarga, pekerjaan, dan rekreasi fisik.
Dua
kategori konsumen lain yang dikelompokkan berdasarkan tingkat sumber daya
mereka, baik yang berada di atas maupun di bawah keenam kategori sebelumnya:
7.
Strugglers
memiliki tingkat pendapatan yang paling rendah dan sumber daya paling minim
untuk dimasukkan ke dalam kategori self-orientation consumer manapun.
Mereka cenderung merupakan konsumen yang setia terhadap merek, tentunya sebatas
kemampuan mereka.
8.
Actualizers
menikmati tingkat pendapatan yang tinggi, self-esteem yang kuat, dan
sumber daya yang berlimpah. Citra adalah penting dan karenanya mereka membeli
barang-barang “terbaik di dunia”. Mereka merepresentasikan pasar yang potensial
bagi perusahaan produk-produk kelas atas, seperti mobil mewah, kapal pesiar
pribadi (yachts), dan perjalanan udara dengan pesawat Concorde.
Para
pemasar menggunakan informasi rinci yang diperoleh dari model VALS 2 ini untuk
memposisikan merek mereka, memilih bentuk media, dan menentukan seberapa besar
berbagai potensi yang dimiliki oleh segmen pasar, serta kebutuhan produk yang
sesuai dengannya.
D.
Penetapan
Sasaran Berdasarkan Geodemografis
Dasar
pemikiran yang menjadi landasan geodemographic targeting adalah bahwa
orang-orang yang menetap di daerah atau area yang sama, misalnya bertetangga
atau dalam satu kawasan kode area, juga memiliki persamaan dalam demografi dan
gaya hidup. Sehingga, dengan mengetahui di mana orang-orang menetap dapat
diperoleh informasi mengenai market place behavior mereka secara
umum. Beberapa perusahaan mengembangkan layanan yang menghilangkan batas area
geografis ke dalam common group, atau cluster, dimana terdapat orang-orang
dengan karakteristik demografis serta gaya hidup yang sama.
*****
DAFTAR PUSTAKA
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi aspek
tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jil.1.ed.5. PT.Gelora Aksara Pratama
Subscribe to:
Posts (Atom)